...Menjadi Serpihan Dengan Beribu Keutamaan...

30 Oktober 2011

Dimanakah Emas Itu ?

Perang Badar tiba, al-Abbas bin Abdul Mutthalib paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bergabung bersama orang-orang musyrikin Quraisy untuk berperang melawan kaum muslimin. Pada waktu itu Abbas belum masuk Islam. Perang berakhir dengan kekalahan di pihak kaum musyrikin, dengan terbunuhnya tujuh puluh orang pemuka Quraisy dan tujuh puluh lainnya tertawan. Salah seorang yang tertawan adalah Abbas bin Abdul Muttahalib.

Sebelum Abbas berangkat perang, dia membawa emas dalam jumlah besar kepada istrinya Ummul Fadhl di malam hari. Dia berkata kepada istrinya, "Aku berangkat untuk mengikuti jalanku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku telah menyiapkan untukmu dan anak-anakmu emas ini, ia cukup untukmu dan anak-anakmu seumur hidup." Kemudian Abbas membawa istrinya di kegelapan malam ke suatu tempat dan menggali lubang untuk menyimpan harta itu.

Abbas berangkat perang dan ia pun tertawan, digiring kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menyeret tambang yang mengikatnya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Ambillah dari Abbas uang tebusan yang berlipat, empat puluh uqiyah emas. Suruh dia membayar tebusan dua orang keponakannya Aqil dan Naufal karena dialah yang mendorong keduanya untuk memerangi kita."

Maka kaum muslimin mengambil delapan puluh uqiyah emas. Abbas berkata, "Ya Muhammad, kamu telah membuatku menadahkan tanganku kepada manusia di sisa hidupku." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Lalu di mana emas yang kamu berikan kepada istrimu Ummu Fadhl ketika kamu meninggalkan Makkah? Di mana kamu berkata kepada istrimu, 'Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Jika terjadi sesuatu padaku maka harta ini untukmu dan anak-anakmu seumur hidupmu'. Lalu kamu menguburnya di tempat ini dan ini?"

Abbas terkejut, "Keponakan, siapa yang memberitahukan itu kepadamu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Tuhanku Azza wa Jalla."

Abbas berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, engkau benar. Demi Allah tidak ada yang tahu kecuali aku dan istriku dan aku menguburnya di kegelapan malam." Kemudian Abbas mengumumkan keislamannya.

Tentangnya dan tawanan Badar lainnya, turun ayat "Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu, 'Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampunimu.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Anfal: 70).

Abbas berkata, "Sungguh Allah telah memberiku yang lebih baik seratus kali lipat daripada yang Dia ambil. Dia memberiku dua puluh hamba sahaya, masing-masing dari mereka mempunyai modal untuk berdagang dengan bagi hasil. Dia memberiku zam-zam, yang lebih berharga bagiku daripada seluruh harta di Makkah. Aku menunggu ampunan dari Tuhanku." Maksudnya ada firman-Nya, "Dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Peristiwa itu menjadi sebab Islamnya Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepadanya suatu perkara yang hanya diketahui oleh Abbas dan istrinya Ummul Fadhl. Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan dari Ibnu Abbas berkata, "Di sore hari selesai perang Badar, pada waktu itu para tawanan dalam keadaan terikat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak bisa tidur di awal malam. Para sahabat bertanya, ‘Mengapa engkau tidak tidur ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku mendengar rintihan pamanku Abbas dalam rantainya.” Maka mereka membuka ikatannya. Abbas diam dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidur.

KAYA

Kenapa orang Islam harus kaya? Sebab kaya berarti memiliki banyak uang. Di zaman edan ini, dengan uang semua bisa dibeli, rumah mobil, perhiasan, kekuasaan, harga diri dan bahkan iman. Muslim yang kaya akan memberi banyak manfaat bagi dirinya dan umat.

Tidak sedikit yang mencibir, manakala melihat seorang muslim yang taat agamanya atau seorang kiai, yang masih mengejar bisnis. Seakan seorang kiai atau orang saleh hanya identik dengan salat dan zikir, bergaya hidup zuhud dan jauh dari kekayaan yang bersifat duniawi. Padahal orang saleh yang memiliki harta jauh akan membawa manfaat bagi umat. Seperti sabda nabi Muhammad saw “Sungguh terpuji harta yang suci itu bagi orang-orang saleh.”


Selain itu, beliau juga mengatakan, “Sesungguhnya kefakiran (kemiskinan) itu bisa menjerumuskan kejurang kekafiran.” Maka tidaklah mengherankan bila kemudian banyak cerita seputar orang Islam yang murtad hanya demi satu kardus mie instan, roti dan biaya pendidikan. Keimanan mereka telah tergadaikan oleh kemiskinan. Na’uudzubillaah!
Untuk apa kekayaan bagi orang Islam? Tentu saja untuk beribadah kepada Allah, untuk berdakwah, membantu yang miskin, untuk umat. Seluruh harta kekayaan tersebut digunakan untuk menyembah Allah dengan lebih bersungguh-sungguh. Secara total. Sebab Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Bagaimana seseorang dapat salat dengan tenang sementara perutnya kelaparan? Bagaiman dapat berzikir dengan tenang di tengah tangis anak yang meminta susu dan makanan? Bagaimana mau bersedekah, zakat ataupun haji bila tidak memiliki uang? Bagaimana kita dapat menjaga harga diri sebagai muslim bila untuk membangun pesantren dan masjid harus meminta-minta di jalanan? Bagaimana kita menjaga kehormatan agama bila ayat-ayat Allah “dijual” dengan recehan di pemakaman dan bus kota?

Menjadi miskin adalah bahaya. Sebab miskin, ada suami yang rela menjual istrinya. Karena miskin ada ibu yang stres sehingga tega membakar anak-anaknya. Kemiskinan pula yang membuat seseorang terpaksa mencopet, mencuri dan mengemis. Kemiskinan pula yang membuat goyah iman seseorang sebab diiming-imingi hidup nyaman.

Kemuliaan di Tangan Saleh
Sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim dan dinilai sahih oleh Imam Ahmad dan Adh-Dhahabi mengisahkan. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW. memanggil ‘Amar bin Ash. Nabi bermaksud menyuruh ‘Amar memakai baju besi dan membawa senjata. “Aku mengutusmu pergi berekspedisi dimana kau akan mendapat banyak harta rampasan perang dan kau akan kembali dengan selamat, kuharap kau kembali membawa banyak harta.”
‘Amar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku memeluk Islam bukan untuk memperkaya diri! Melainkan karena semangat mulia Islam.”
“Oh ‘Amar, sungguh terpuji, harta yang suci itu bagi orang-orang yang saleh!” jawab Nabi.
Hadis lain yang diriwayatkan Ibnu Majjah, Rasulullah bersabda, “Tidak ada mudarat (kerusakan, bahaya) dalam harta bagi mereka yang takwa, tetapi kesehatan itu lebih baik daripada menjadi kaya bagi mereka yang bertakwa.”

Anjuran untuk berharta atau menjadi kaya, bukan berarti Rasulullah mengajarkan hidup materialistis. Rasulullah dan Khadijah adalah keluarga kaya, tetapi kekayaan tersebut digunakan untuk perjuangan Islam. Kekayaan dapat menjaga harga diri dan martabat. Dengan kekayaan maka dapat beribadah dengan tenang.
Kaya di tangan orang yang tidak beriman hanya akan menghasilkan kesengsaraan bagi sekitarnya. Orang yang tidak beriman akan bersikap bakhil. Mereka akan memanfaatkan harta untuk kesombongan diri. Merasa lebih hebat, lebih kuasa dan bisa membeli apa saja.

Semetara kaya di tangan orang saleh adalah kemaslahatan untuk semua. Mereka akan menggunakan kekayaan tersebut untuk sarana ibadah, ladang menabur amal. Harta tersebut menjadi amanah bagi mereka sehingga hanya digunakan untuk kebaikan semata.

Menjemput Rezeki, Menjadi Kaya
Ada petuah yang mengatakan, “Umur (kematian), jodoh dan rezeki adalah hak prerogratif Tuhan.” Petuah itu memang benar, umur tidak ada yang tahu sampai berapa lama hidupnya. Kapan datangnya ajal, adalah misteri yang tidak terpecahkan oleh kemampuan manusia. Bahkan untuk menunda sedetik pun tidak akan bisa. Sementara jodoh juga misteri ilahi. Meski sudah berikhtiar dengan segala cara bila belum berjodoh, tetap menjomblo juga.

Sementara rezeki, memang telah dicatat rezekinya oleh Allah di Lauhil mahfuuzh. Yakni sebuah kitab lembaran nyata milik Allah tentang segala peristiwa yang akan terjadi mulai dari penciptaan hingga hari kiamat. Maka sejak dalam kandungan telah tercatat rezeki seseorang. Dan Allah sendiri pun telah menjanjikan rezeki untuk setiap makhluk ciptaan-Nya, “Dan tidak ada satu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil mahfuuzh). (OS. Huud [11]: 6)
Berarti rezeki kita masing-masing sudah disediakan oleh Allah. Tinggal menjemput rezeki tersebut. KH. Abdullah Gymnastiar yang akrab disapa Aa Gym mengatakan bahwa rezeki itu dijemput, bukan dicari. Mengapa? Bila rezeki dicari, itu belum pasti adanya. Sementara menjemput rezeki, karena memang sudah pasti ada.
Sekarang tugas umat Islam adalah menjemput rezeki tersebut dengan segenap ikhtiar dan tawakal. Kalau mau berusaha dengan cara yang halal, niscaya Allah pasti memberi. Salah satu cara untuk menjadi kaya, seorang muslim seharusnya mempunyai pendidikan yang baik, sehingga mendapat pekerjaan yang baik pula sehingga mendapatkan penghasilan yang baik. Pendidikan dan pekerjaan serta penghasilan adalah tiga poin yang saling berhubungan. Jangan berharap kerja di tempat yang bagus bila pendidikan tidak menunjang, otomatis penghasilan pun demikian.
Salah satu materi yang cukup berkesan saat mengikuti salat idul Adha kemarin, adalah saat si penceramah mengatakan: “Bila mau dicermati, sesungguhnya hakikat kurban secara tidak langsung menyuruh orang Islam untuk kaya. Sebab bila ia kaya maka ia mampu berhaji dan berkurban.”
Seorang muslim yang berpenghasilan di bawah satu juta akan kesulitan menyisihkan uang untuk berkurban, sebab keluarganya saja hidup berkekurangan. Untuk berkurban membeli kambing ia harus mengeluarkan uang 600-700 ribu rupiah, sementara harga sapi dapat mencapai 5 juta rupiah, Dengan perintah kurban, zakat, haji, wakaf dan lain-lain berarti Allah mendorong manusia untuk menjadi orang kaya. Dengan kekayaan ia dapat bersaham secara keagamaan dalam menopang kesejahteraan orang lain.
Kaya dengan Harta yang Halal
Terkadang untuk memperoleh uang dan harta, orang menggunakan segala cara. Tidak merasa bersalah bahwa uang yang ia bawa pulang untuk makan istri dan anak-anaknya, adalah dari hasil korupsi. Kemudian dengan entengnya menganggap sedekah dan haji untuk menyucikannya.

Dalam skala kecil namun tidak mengurangi nilai nonhalalnya adalah apa yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional. Untuk mengejar harga murah mereka mengurangi timbangan. Untuk menarik pembeli, mulut mereka enteng berujar “Ini sudah harga murah, saya tidak mengambil untung sama sekali!” Lha, kalau tidak ada untung apa mereka sedang kerja bakti? Dan masih banyak kecurangan yang karena kecil dianggap sepele dengan sadar dilakukan.
Menjemput rezeki dengan cara haram, sesungguhnya hanya akan berbuah kemiskinan. Baik di dunia maupun akhirat. Orang-orang kaya yang hartanya tidak berkah, akan selalu merasa kekurangan. la tidak akan pernah puas dan tidak bisa hidup tenang.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Duhai umatku! Allah itu Maha Suci (al-Tayyib) dan Dia tidak menerima kecuali hanya yang suci! Allah telah menyuruh orang-orang yang beriman agar mengerjakan apa-apa yang diperintahkan-Nya kepada Rasul-Nya. Dia berfirman, ‘?Wahai para Rasul, makanlah dari makanan yang suci dan berbuat baiklah!” Dia juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari makanan yang halal lagi suci yang telah kami berikan kepadamu’.”
Mari kita audit kembali harta dan sumber penghasilan selama ini. Jangan-jangan ada yang berasal dari sumber yang tidak halal. Karena dari yang halal sajalah ridha Allah akan turun, doa bisa makbul dan rezeki akan semakin berlimpah.
Sumber : Majalah Paras No. 29 (februari 2006)

...............................

Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Kekayaan itu bukan dengan banyaknya harta akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” Benar, berapa banyak orang dengan harta menggunung dan uang menumpuk, tetapi saat hatinya masih bermental miskin, maka sejatinya dia miskin, dia masih saja iri kepada orang lain, berharap apa yang ada di tangan orang lain, mengangankan diberi oleh orang lain, bahkan berusaha mendapatkan harta dengan cara-cara tidak mulia dan melanggar agama, dasar hati miskin, mental kere, sebanyak apa pun duitnya, ia akan tetap seperti orang miskin, dan sebaliknya adalah sebaliknya.

Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian merasa aman di negerinya, sehat badannya dan dia memiliki makanan harinya maka seolah-olah seluruh dunia ada di tangannya.”

Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Orang miskin itu bukanlah orang yang berkeliling di antara manusia, lalu dia diberi satu dan dua suapan, satu dan dua biji kurma, akan tetapi orang miskin adalah orang yang tidak memiliki kadar kecukupan yang mencukupinya, tidak diketahui sehingga diberi sedekah dan tidak berdiri untuk meminta-minta.”

Bakr bin Udzainah berkata,
Berapa banyak orang miskin tetapi berhati kaya yang kita kenal
Berapa banyak orang kaya namun berjiwa miskin dan dia miskin.

Aus bin Haritsah berkata, “Sebaik-baik kekayaan adalah qana’ah dan sebuhruk-buruk kemiskinan adalah kerendahan.” Fudhail bin Iyadh berkata, “Kekayaan dan kemiskinan hanya telah setelah menghadap kepada Allah.”

Ada yang berkata, “Syukur adalah perhiasaan kekayaan dan menahan diri adalah perhiasan kemiskinan.” Artinya bila Anda kaya maka kekayaan Anda menjadi indah bila Anda mensyukurinya, artinya kekayaan Anda menjadi buruk bila Anda mengkufurinya. Bila Anda miskin maka kemiskinan Anda menjadi indah bila Anda menahan diri dengan memiliki hati yang kaya dan qana’ah, artinya kemiskinan Anda menjadi buruk bila Anda selalu mengulurkan tangan meminta-minta.

Mereka berkata, “Hak Allah wajib pada kekayaan dan kemiskinan. Pada kekayaan adalah kasih sayang dan syukur dan pada kemiskinan adalah menahan diri dan sabar.” Ada yang berkata, “Memikul kekayaan dengan buruk menghadirkan murka dan memikul kemiskinan dengan buruk menjatuhkan kemuliaan.” Ada yang berkata, “Kekayaan ada dalam jiwa, kedudukan ada pada tawadhu’ dan kemuliaan ada pada takwa.”

Abdullah bin al-Ahtam berkata, “Barangsiapa lahir dalam kemiskinan maka akan menjadi sombong dengan kekayaan.” Mereka berkata, “Segala sesuatu yang menjadi pujian pada kekayaan adalah celaan pada kemiskinan.”

Mahmud al-Warraq berkata,

Wahai pencela kemiskinan, berhentilah mencela
Aib kekayaan lebih banyak bila kamu merenung
Di antara keunggulan dan keutamaan kemiskinan
Atas kekayaan bila perenunganmu benar adalah
Bahwa kamu durhaka kepada Allah dan berharap kaya
Dan tidak durhaka kepada Allah agar kamu miskin.

Mengapa kita melihat para ulama yang mencari harta lebih banyak daripada orang-orang kaya yang mencari ilmu? Karena para ulama mengetahui manfaat harta sedangkan orang-orang kaya tidak tahu manfaat ilmu.

Ar-Rayasyi berkata,

Kesusahan seseorang bukan dengan kemiskinan yang menderanya
Kebahagiaannya bukan pula dengan melimpahnya harta kekayaan
Sesungguhnya orang sengsara adalah orang yang tempatnya di neraka
Sedangkan kemenangan adalah kemenangan orang yang selamat dari neraka.

Dari Bahjatul Majalis, Hafizhul Maghrib Ibnu Abdul Bar.

Diam

Bila akal seseorang itu sempurna maka sedikit perkataannya, keunggulan akal atas perkataan adalah kebijaksanaan sedangkan keunggulan perkataan atas akal adalah kerancuan.

Amru bin al-Ash berkata, “Terpelesetnya kaki adalah tulang retak yang sembuh kembali, sedangkan terpelesetnya lidah tidak membiarkan dan menyisakan.”


لِسانُ الفَتىَ حَتْفُهُ حِينَ يَجْهَلُ كُلُّ امْرِئٍ مَا بَيْنَ فَكَّيْهِ مَقْتَلُ
وَكَمْ فَاتِحٍ أَبْوَابَ شَرٍّ لِنَفْسِهِ إِذَا لَمْ يَكُنْ قُفْلٌ عَلىَ فِيْهِ مُقْفَلُ
إِذاَ مَا لِسَانُ المَرْءِ أَكْثَرَ هَذَرَهُ فَذَاكَ لِسَانٌ بِالبَلاءِ مُوَكَّلُ
إذَا شِئْتَ أَنْ تَحْيَا سَعِيدًا مُسَلَّمًا فَدَبٍّرْ وَمّيٍّزْ مَا تَقُولُ وَتَفْعَلُ


Lidah orang adalah kematiannya saat dia berkata bodoh
Setiap orang bisa terbunuh karena apa yang ada di antara dua bibirnya
Berapa banyak orang membuka pintu keburukan bagi dirinya
Bila dia tidak meletakkan gembok kokoh di mulutnya
Bila lidah seseorang mengumbar perkataannya maka
Itulah lidah yang sangat beresiko ditimpa kesulitan
Bila kamu ingin hidup berbahagia dan selamat
Maka atur dan bedakanlah apa yang kamu ucapkan dan lakukan.

Manakala Yunus keluar dari perut hiu, dia banyak diam, dia ditanya, “Mengapa engkau tidak berbicara?” Dia menjawab, “Berbicara membuatku masuk ke perut hiu.”

Seseorang berkata kepada Bakr bin Abdullah al-Muzani, “Engkau lebih banyak diam.” Dia menjawab, “Lidahku adalah harimauku, bila aku melepaskannya maka ia memangsaku.”

Abu Bakar ash-Shiddiq suatu hari memegang lidahnya dan berkata, “Sesungguhnya ini telah menjemusukanku ke dalam masalah-masalah.”


فاَلعِيُّ لَيْسَ بِقَاتِلٍ وَلَرُبَّمَا فَتَلَ اللِّسَانُ


Ketidakmampuan berbicara tidak membunuh
Dan terkadang lidahlah yang membunuh.

Dari Bahjatul Majalis, Hafizhul Maghrib Abu Umar Ibnu Abdul Barr.

Bekal Sang Makelar

Alhamdulillah, salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.

Saudaraku, mungkin Anda merasa segan untuk terjun ke dunia bisnis. Banyak alasan yang mendasari keseganan Anda ini, di antaranya ialah karena faktor modal.

Saudaraku, besarkan harapan dan tidak perlu berkecil hati! Betapa banyak pengusaha sukses yang merintis kesuksesannya dari titik nol. Bila Anda bertanya kepada mereka, "Apa modal awal bisnis Anda?" Mereka hanya bisa menggelengkan kepala, sebagai ungkapan bahwa pada awalnya mereka tidak memiliki modal sepeser pun. Lalu, apa yang menjadikan mereka berani terjun ke dunia bisnis?
Ketauhilah, Saudaraku. Seringkali, yang menjadikan mereka bernyali besar sehingga menekuni dunia bisnis hanyalah kepercayaan diri. Mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan merasa yakin bisa mendapatkan kepercayaan. Bila demikian adanya, maka apa yang menjadikan Anda segan untuk turut menekuni dunia bisnis? Bukankah Anda meyakini bahwa bisnis--alias perniagaan--adalah salah satu ladang rezeki yang terbaik? "Dari sahabat Rafi' bin Khadij, ia menuturkan, 'Dikatakan (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), 'Wahai Rasulullah, penghasilan apa yang paling baik?' Beliau menjawab, 'Hasil karya seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap perniagaan yang baik.''" (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim; oleh Syeikh Al-Albani dinyatakan sebagai hadis sahih)

Saudaraku, banyak celah usaha terbuka lebar di depan Anda! Salah satunya ialah menjadi perantara--alias moderator--atau lebih akrab disebut "makelar".
Saudaraku, bila Anda telah menemukan celah ini dan Anda merasa cocok untuk memasukinya, maka alangkah baiknya bila terlebih dahulu mengetahui cara syariat agama memberi bantuan bagi Anda.

1. Jujur

Kejujuran adalah kepribadian yang seyogianya mendasari setiap aktivitas seorang muslim. Sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas berkata, "Seorang muslim itu bisa saja memiliki tabiat pengkhianat dan pendusta." (HR. Al-Baihaqi)
Dalam dunia percaloan, betapa sering kita mendapatkan saudara-saudara kita melanggar prinsip ini. Ada yang mengaku sebagai pemilik barang, sehingga ia bernegosiasi dengan calon pembeli. Padahal, pemilik barang sesungguhnya tidak pernah memberi wewenang untuk mengadakan negosiasi atau akad penjualan. Ia hanya mendapatkan kepercayaan mencarikan calon pembeli atau calon penjual.
Di antara sikap mediator, yang nyata merusak kepribadiannya sebagai muslim, ialah menyalahi ketentuan harga jual yang diamanahkan kepadanya. Menaikkan harga jual tanpa persetujuan dari pemilik barang demi mengambil selisih harga jual lebih tinggi dari yang dijanjikan pemilik barang. Bisa saja, barang yang diamanahkan kepadanya itu tidak laku jual atau paling kurang tepat menemukan pembeli.

Pada suatu hari, sahabat Hakim bin Hizam--seorang pengusaha--bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang permasalahan yang sering dihadapinya, "Wahai Rasulullah, sebagian orang mendatangiku ingin membeli sesuatu yang tidak/belum aku miliki. Ia menginginkan agar aku terlebih dahulu membeli barang yang ia inginkan dari pasar, lalu aku menjualnya kembali kepadanya." Rasulullah menjawab, "Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak engkau miliki."(HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

2. Perjelas hak Anda

Saudaraku, syariat Islam mengajarkan agar kita senantiasa menghormati kepemilikan hak-hak saudara kita. Oleh karena itu, penuhi prinsip perniagaan, mulai dari kejelasan status, hak, hingga kewajiban. Memperjelas hak dan kewajiban, sejak awal akad, menjadikan Anda tenang dan menjauhkan diri dari persengketaan. Ketahuilah, setiap akad atau transaksi, yang berpeluang menyulut persengketaan antara sesama muslim, biasanya diharamkan dalam Islam. Karenanya, sekali lagi, perjelaslah hak dan kewajiban Anda sebelum melangkah lebih jauh.
Inilah yang mendasari sahabat Umar bin Al-Khatthab untuk menyatakan, "Penentu hak adalah persyaratan." (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi; oleh Al-Albani dinyatakan sebagai riwayat yang sahih)

Ketahuilah, Saudaraku! Hak Anda sebagai mediator hanyalah fee atau upah yang telah disepakati dengan pemberi amanah. Adapun selebihnya adalah hak pemilik amanah, bukan milik Anda. Karenanya, Anda berkewajiban untuk menghormati dan tidak sepantasnya melanggar hak saudara Anda tanpa izin dan keridhaan darinya.
"Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali dengan dasar kerelaan jiwa darinya." (HR. Ahmad, Ad-Daraquthni, dan Al-Baihaqi; oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Al-Albani dinyatakan sebagai hadis sahih)
Pendek kata, sebesar apa pun hak yang telah dijanjikan oleh pemilik amanah dan telah Anda setujui, maka hanya itulah hak yang layak Anda tuntut dan wajib ia berikan. "Kaum muslimin senantiasa memenuhi persyaratan mereka." (HR. Abu Daud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi; oleh Al-Albani dinyatakan sebagai hadis sahih)

3. Hindarilah khianat terselubung

Di dunia ini, banyak orang bermuka dua; berkesan menolong atau belas kasihan, namun sesungguhnya menyimpan kebengisan. Karenanya, dalam dunia percaloan, Anda seringkali menemukan mediator yang terkesan berpihak kepada Anda, tapi tanpa Anda sadari--sebenarnya--ia sedang bersekongkol dengan penjual untuk mengeruk harta Anda.

Misalnya, bila Si A memiliki toko bahan bangunan, yang biasanya menjual genting seharga Rp 1.000,00 (seribu rupiah) per genting, tetapi karena Konsumen B datang ke toko tersebut dengan dibawa oleh Si C yang berprofesi sebagai tukang bangunan maka Si A menjual gentingnya kepada Si B seharga Rp 1.050,00 (seribu lima puluh rupiah) per genting, dengan perhitungan: Rp 1.000,00 adalah harga genting sebenarnya, dan Rp 50,00 adalah fee untuk C yang telah berjasa membawa konsumen ke toko Si A.

Saudaraku, bila Anda telah menemukan celah ini dan Anda merasa cocok untuk memasukinya, maka alangkah baiknya bila terlebih dahulu Anda mengetahui tuntunan syariat agama bagi Anda.

Sudah barang tentu, ketika A menaikkan harga penjualan dari Rp 1.000,00 menjadi Rp 1.050,00 dengan perhitungan seperti di atas, tanpa sepengetahuan B. Pada kasus seperti ini B dirugikan, karena ia dibebani Rp 50,00 sebagai fee untuk C, tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu. Padahal biasanya, si C telah mendapatkan fee dari si B yang setimpal atas jasanya memilihkan toko dan barang yang dibeli.
Sikap seperti ini tentu bertentangan dengan firman Allah ta'ala,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka-sama-suka di antara kamu." (QS. An-Nisa:29)

Juga bertentangan dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Tidak boleh melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian pada orang lain, juga tidak dibenarkan membalas dengan yang melebihi perbuatan. Barang siapa yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, niscaya Allah timpakan kerugian kepadanya. Barang siapa yang melakukan perbuatan yang menyusahkan orang lain, niscaya Allah menimpakan kesusahan kepadanya." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Bila pemilik toko memberi fee kepada Si C tanpa menaikkan harga jual maka itu tidak salah. Atau, sebelumnya pemilik toko memberitahukan kepada pembeli bahwa harga genting ditambah fee yang akan deberikan kepada mediator, dan ternyata pembeli mengizinkan, maka ini dibenarkan. [Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri.]

Sumber: www.pengusahamuslim.com

10 September 2011

### WAKTU

Ketika seorang sahabat yang salesman ditanya mengenai jam kerjanyanya, tenaga penjual tersebut menjawab dengan lantang, "Twenty four hours a day!"


Pernyataan di atas, bukanlah jam kerja sesungguhnya dari seorang penjual; tetapi ini merupakan sebuah refleksi kerja keras dari seorang penjual dalam memanfaatkan waktu. Waktu adalah uang (bagi banyak orang). Apabila kita membiarkan waktu berlalu, tanpa penggunaan yang efektif, maka kita akan membuang waktu dan usaha dengan percuma.


Seorang tenaga penjual, jelas harus merencanakan waktu kerjanya, setiap hari. Dimulai di pagi hari, mulai dari merencanakan jadwal kunjungan harian, mingguan, dan bulanan berdasarkan wilayah yang dicakup. Merencanakan pertemuan niaga dengan orang-orang yang mungkin berperan penting dalam menentukan pembelian, atau mengatur penyesuaian rencana kunjungan dengan jadwal yang ditetapkan oleh client-nya.


Pentingnya perencanaan waktu bagi seorang penjual adalah agar dapat memanfaatkan waktu dengan efektif; oleh karenanya hal yang harus diperhatikan adalah:


1. Petakan potensi pasar. Memetakan potensi pasar, berdasarkan wilayah (geography) memudahkan untuk mengatur rute kunjungan. Peta ini tidak hanya berdasarkan wilayah, bisa juga berdasarkan tingkat pareto pelanggan, sehingga fokus kunjungan ke arah 20% pelanggan-pelanggan besar dan potensial, dan bisa juga dari80% pelanggan "kecil" yang memiliki potensi untuk dibesarkan.


2. Atur rencana kunjungan (sales call) tiap harinya, agar kunjungan niaga dapat berjalan efektif. Bayangkan jika seorang penjual tidak mengatur rencana kunjungan, penjual tersebut akan membuang-buang waktu dengan aktivitas kunjungan yang tidak direncanakan, dan akan berputar-putar di wilayah kerjanya tanpa kepastian presentasi penjualan yang baik.


3. Siapkan materi penunjang presentasi niaga, seperti mungkin laptop, LCD, materi presentasi (seperti contoh produk, katalog, brosur, daftar harga, dan apapun yang menunjang presentasi). Pastikan dengan materi penunjang ini, presentasi bisnis dapat berjalan lancar, teratur, dan usahakan agar tidak terlihat seperti "gudang berjalan" dengan bawaan yang terlalu banyak.


4. Menfaatkan waktu luang, saat menunggu presentasi niaga ke client; dengan membaca buku-buku saku yang diminati. Ini akan menambah pengetahuan tentang banyak hal, dan mungkin menginspirasikan kerja agar lebih baik.


5. Manfaatkan waktu menunggu tersebut untuk mencari tahu dan berkenalan dengan sesama penjual lain di sana, atau karyawan mitra yang dikunjungi. Ini akan membagun hubungan pribadi (personal)yang baik, dan networking yang membantu kelancaran bisnis & profesi.


6. Presentasi bisnis pada orang yang tepat. Pastikan bahwa orang yang ditemui untuk presentasi bisnis adalah mereka yang benar-benar memiliki wewenang pembelian, mungkin marketing manager, purchasing manager, promotion manager, atau user-nya langsung. Hal ini dapat mencegah pemborosan waktu untuk bertemu dan melakukan presentasi kepada "orang yang tidak tepat."


7. Re-remind sehari sebelumnya, untuk memastikan dan mengingatkan kembali client yang dikunjungi, bahwa hari yang telah disepkati, telah membuat janji untuk bertemu.


8. Atur kembali waktu pengganti yang tepat jika presentasi niaga batal dengan client yang sudah ditetapkan pertemuannya.


Usahakan menggunakan waktusecara bijaksana, karena waktu akan berlalu begitu saja tanpa pernah kembali dan tidak akan menghasilkan hal yang berguna apabila tidak digunakan secara baik dan tepat.


Banyak contoh orang-orang berhasil seperti atasan kita, mungkin supervisor, manager, atau seorang direktur perusahaan. Sampai hari ini, mereka menggunakan waktu secara tepat dan bijaksana. Mereka menggunakan dan memanfaatkan waktu tersebut untuk karir dan pengembangan diri, sampai mereka dapat memperoleh karir yang bagus dan bahkan didukung oleh upaya mereka untuk memperbaiki jenjang akademik sampai kuliah master atau doktoral.


Semoga bermanfaat....

The Power of Spirit

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan 2 orang anaknya bernama budi dan ayu. Menjelang liburan sekolah, sang ayah mengajak keluarganya untuk bertamasya dengan perjalanan laut. Si ayah berkata "Mam,budi,ayu, bagaimana liburan sekolah ini, kita pergi tamasya di perjalanan laut?". Karena mendengar ajakan dari si ayah, anggota keluarga itu bersuka cita dan dengan semangat mereka menjawab "Perjalanan laut?? Wah asiikkkkk!!". Wajah-wajah kegembiraan mulai tampak dari raut wajah keluarga tersebut. Sinar-sinar kegembiraan menyinari hati dan pikiran mereka.

Libur sekolah sudah mulai tiba, sang ayah telah memesan tiket perjalan tour dari sebuah agen perjalanan. Dan akhirnya mereka pun dijemput oleh pihak tour travelnya, dan mereka pun menuju pelabuhan untuk memulai perjalanan tamasyanya. Diperjalanan mereka sangat bersuka cita. Tidak ada raut muka bermasam selama perjalanan itu. Semua bernyanyi dan tertawa dengan perasaan lega. Sang ayah merasa gembira karena pekerjaan selama ini, dan juga gembira karena bisa bertamasya dengan keluarganya. Begitu pula sang Ibu dan anak-anaknya yang juga senang bisa bertamasya dengan keluarga. Setelah sampai di pelabuhan, mereka pun masuk ke dalam kapal pesiar itu dan siap untuk bertamasya.

Kapal pesiar pun sudah mulai beranjak dari pelabuhan menuju perairan luas. Kapal itu berjalan menghalau deburan ombak kecil dan melewati hembusan angin dingin laut tersebut. Setelah sampai di pertengahan laut tersebut, tiba-tiba cuaca mulai berubah menjadi tidak bersahabat. Angin berhembus dengan kencang dan deburan ombak pun berlomba-lomba menuju kapal tersebut. Karena kapal tersebut tidak kuat menahan tekanan tersebut, akhirnya kapal itu menjadi karam di tengah laut. Keluarga itu menjadi panik karena kejadian tersebut terjadi secara tiba-tiba. Sang ayah memberi aba-aba kepada anggota keluarganya itu untuk saling berpegangan tangan. Anggota keluarga pun saling berpegangan tangan. Dan tanpa disangka, kapal itu semakin lama semakin tenggelam.

Kejadian itu membuat orang merasa bahwa tidak akan selamat. Tetapi sang Ayah dengan penuh semangat dan rasa sayang terhadap keluarganya, berusaha sekuat tenaga untuk menolong anggota keluarganya. Ibu dan 2 anak itu sudah mulai masuk ke air, dan si ayah pun dengan sekuat tenaga berenag ke arah si ibu dan kedua anaknya itu. Dengan susah payah si ayah menolong mereka. Padahal si ayah sendiri kaki dan tangannya sudah tergores pecahan kapal dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Tetapi ayah selalu berusaha dan berusaha untuk menahan sakit demi keluarganya. Si ayah berpikiran untuk rela mati demi keluarganya. Akhirnya mereka pun selamat karena ada patroli laut. Dan mereka pun di bawa ke daratan dan menuju rumah sakit.

Dari cerita diatas dapat kita ambil maknanya bahwa pengorbanan sangat diperlukan dalam hidup. Tentu pengorbanan itu didukung dengan semangat yang kuat dan tentu saja dengan cinta kasih. Seperti halnya orang yang tadinya kaya raya. Hal ini digambarkan dari cerita di awal perjalanan tamasya keluarga tersebut. Mereka bersuka cita dengan kekayaannya itu. Tapi di perjalanan kehidupan ini, halangan pasti datang terjadi. Orang bisa kehilangan hartanya. Tetapi, kalau dengan kehilangan harta tersebut dan kita tetap semangat denga kita juga kaya mental, maka hal tersebut dapat bangkit lagi. Seperti keluarga yang hampir mati tenggelam tersebut.

Kebahagiaan

1. Kebahagian itu bukan dihasilkan oleh keberuntungan besar yang jarang terjadi, tetapi dari hal-hal kecil yang terjadi setiap hari (Benjamin Franklin)

Penjelasan: Untuk bahagia kita tak perlu menunggu hal-hal besar datang. Tak perlu menunggu jadi sarjana. Tak perlu menunggu naik pangkat. Tak perlu menunggu bonus atau pembagian deviden dari perusahaan.

Bahagia bisa dimulai hari ini. Setiap hari kebahagian berseliweran di sekitar kita, nikmatilah. Mencium tangan orang tua bagi yang masih tinggal bersama kita atau berkirim sms dan bertelepon bila orang tua jauh. Atau menikmati kebahagiaan setiap hari dengan “nyuapin” anak dan memandang wajah mereka saat tidur, seperti yang saya lakukan.

Saya juga merasa bahagia setiap hari dengan memberi inspirasi melalui twitter dan website ini. Saya bahagia karena hampir setiap hari dapat kenalan baru di berbagai perusahaan yang saya karyawannya training. Berdoa dengan sepenuh hati, mendoakan orang-orang yang kita cintai, semua itu bisa menjadi sumber-sumber kebahagiaan yang kita ciptakan setiap saat, setiap hari.

2. Pondasi kebahagiaan adalah jika seseorang telah siap menjadi dirinya sendiri (Jamil Azzaini)

Penjelasan: Betapa banyak orang yang menjalani kehidupannya seperti menjadi orang lain bukan menjadi dirinya sendiri. Pengusaha pemula tetapi gaya hidupnya seperti pengusaha yang sudah sukses. Mereka tidak menyadari pentingnya proses yang harus dijalani untuk menjadi sukses. Akhirnya, terjebak lilitan hutang yang semakin menggunung.

Banyak pula orang yang hidupnya membanding-membandingkan dengan orang lain. Mereka membandingkan rumah yang ditempatinya, kendaraan yang dikendarainya, pakaian yang dikenakannya. Hatinya dipenuhi dengan rasa iri dengan berbagai materi yang dimiliki orang lain. Yakinlah, bila hal ini ada dalam diri Anda kebahagiaan akan menjauh dari Anda.

Dishar dari: jamilazzaini-kebahagiaan

Investasi atau Gengsi

Lebaran kemarin saya bertemu dengan sahabat lama saya Basori. Pada tahun 90-an dia menjadi buruh panggul di gudang-gudang yang ada di Bandar Lampung. Bayaran yang diterimanya antara Rp 15ribu sampai Rp25 ribu per hari. Namun sering juga ia tidak memperoleh bayaran karena tidak ada barang yang harus dipanggul.

Saat orang tuanya meninggal ia mendapat warisan sawah dan kebun. Ia olah sawah dan kebun itu dengan sungguh-sungguh, dan hanya sekali-kali menjadi buruh sekadar untuk mendapat uang tunai. Suatu saat hasil kebunnya lumayan, saat itulah ia dihadapkan pada pilihan: membeli sepeda motor yang ketika itu sedang trendi atau membeli sapi yang bisa beranak pinak.

Saudara dan teman-temannya di kampung itu berkata, “Gengsi (malu) lagi gak punya motor…” Tetapi Basori “melawan arus” pendapat di kampungnya, ia membeli sapi bukan sepeda motor. Untuk keperluan transportasi dia menggunakan sepeda tuanya.

Hasilnya, sapinya terus berkembang biak. Dari hasil ternak sapi inilah akhirnya Basori bisa membeli tiga sepeda motor buat dirinya dan keluarganya. Sementara teman-temannya yang dulu memilih membeli sepeda motor, sekarang harus menjualnya untuk menutupi berbagai kebutuhan hidupnya.

Kita belajar satu hal dari Basori, saat memiliki uang berlebih gunakanlah untuk sesuatu yang bisa menghasilkan atau berkembang biak bukan untuk sesuatu yang menambah pengeluaran. Bila kita membelanjakan sesuatu demi gengsi dalam jangka panjang kita yang rugi. Sebaliknya, bila kita gunakan untuk investasi maka gengsi akan mendatangi kita di kemudian hari.

Pilihan antara investasi dan gengsi bukan hanya terjadi di kampung Basori. Akan tetapi itu terjadi juga disekitar kehidupan kita. Betapa banyak orang yang rela menggunakan dana pinjaman hanya sekadar untuk memperbaiki penampilan demi gengsi. Namun, banyak juga yang hidupnya tetap sederhana dan menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperbanyak investasinya.

Yang pasti, gengsi menjadikan banyak orang hidupnya merana sedangkan investasi menjadikan kehidupan kita semakin lama semakin bergengsi. So, mari kita berinvestasi dan kuburlah gengsi!


http://www.jamilazzaini.com/investasi-atau-gengsi/

“Orang Tua Anak Jalanan” | Jamil Azzaini

“Orang Tua Anak Jalanan” | Jamil Azzaini

22 Agustus 2011

Munajahku - Suara Persaudaraan

Munajahku - Suara Persaudaraan


Allah..

Malam ini kubersimpuh di hadapan-Mu.
Paparkan kesal dalam jiwaku.
Yang hanya pantas kuungkapkan kepada-Mu.

Allah.
Terimalah display isi hati ini..
Betapa lemah kekuatan diri hamba..
‘Tuk taklukkan segala ambisi..

Yang kutakutkan kepada-Mu..
Tentang amal ibadahku..
Terkotorkan oleh jiwa yang lemah..
Tiada berdaya..

Yang kuwatirkan diri ini..
Tiada mampu memilahkan..
Mana kesucian dan misi syaithani..

Jangan Kau haramkan sedikitpun untukku..
Keuntungan dunia ukhrawi..

Allah
Kuketuk pintu ampunan dan kasih sayang-Mu
Yang luas membentang tiada halang timur barat
Tiada penghalang irodah-Mu atas diriku

Allah
Dalam dingin berselimut malam yang indah
Kutuju pintu-Mu tuk memohon karunia-Mu
Bukalah ya Allah ibroh-Mu

Redakanlah tamat dunia yang mendera di dalam jiwa
Gelapkan mata hati dari pancaran fitrah yang suci
Sinarilah benak di diri dengan cahya petunjuk-Mu
‘Tuk singkapkan kegelapan dunia

Bertemankan cahya rembulan
Munajahku ini terlantunkan

20 Agustus 2011

Catatatn Akhir Ramadhan 1432 H

Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di ramadhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.

Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memu-darkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami tak mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, mes-ki setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa meman-faatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana me-mupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memen-jarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Akhir ramadhan yang membosankan kami. Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini.

Engkau pasti tahu, bahwa sebagian besar dari kami selalu tidak ajeg untuk meniti hidup pasca ramadhan. Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.

Ya Allah, pertengahan Ramadhan ini, beberapa selebritis di negeri ini protes kepada sebagian dari kami yang mencoba mengingatkan mereka. Mereka tak rela kehidupannya diusik. Mereka marah besar atas imbauan sebagian dari kami yang menyebutkan mereka cuma islam sesaat. Ya, di bulan raamdhan ini..

Mungkin mereka malu. Bahwa selama ini aktivitasnya memang membuat noda di ramadhan. Tapi kami yakin, sebagian besar dari kami kini sudah cukup merasa paham untuk bersikap. Namun, hal ini tetap menyisakan perih dan pilu di hati kami. Betapa, mereka sudah banyak yang tidak peduli dengan seruanMu. Kami juga mohon maaf, karana hanya bisa mengeluh di hadapan-Mu, tak bisa di depan mereka. Betapa kerdilnya jiwa kami.

Tapi kami masih bisa berharap, bahwa apa yang kami lakukan merupakan wujud peduli kami untuk berbuat yang terbaik. Meski kami yakin banyak sekali kekurangan. Ini juga menjadi catatan akhir ramadhan yang membuat kami harus bekerja lebih giat dan optimal dalam menyebarkan Islam.

Catatan akhir ramadhan yang kurang bagus ini, membuat kami tertantang untuk selalu mengalirkan darah segar untuk perjuangan yang suci ini. Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman.

Kami masih terpuruk

Sejak awal ramadhan hingga menjelang akhir ramadhan ini, kami, kaum muslimin, masih terpuruk dan terperangkap dalam penderitaan. Saudara-saudara kami di Palestina mengawal ramadhan ini dengan tetap penuh ketakutan. Sahur dan buka mereka selalu diintai rasa cemas. Bahkan di dalam rumah miliknya pun rasa cemas dan takut itu terus menghantui.

Kami yang tinggal di negeri-negeri yang sedikit aman, mampu makan sahur dan berbuka dengan segala kenikmatan yang ada. Tapi, sau-dara-saudara kami di Palestina berbuka dengan puncratan darah setelah dipukuli begundal-begundal Yahudi di penjara-penjara yang pengap dan gelap.

Sebagian dari kami mungkin sudah kehilangan rasa solidaritas itu, habis dikikis gaya hidup hedonis yang mengakar kuat di negeri kami. Hingga kami tak mampu mendengar rintihan saudara kami di Palestina yang terluka. Bahkan luka itu terlalu dalam untuk mereka miliki.

Di akhir ramadhan ini, saudara kami di Uzbekistan, Kyrgistan, Chechnya, dan wilayah Asia Tengah lainnya merasakan hal yang sama. Jeritan mereka pun tak bisa kami dengar. Terhalangi batas wilayah nasionalisme yang dibuat untuk menelikung kami semua, kaum muslimin.

Sebagian dari kami sudah lupa dengan sabda NabiMu, bahwa kami bersaudara. Bahwa kami saling memiliki rasa dan harapan yang sama. Itu sebabnya, sebagian dari kami lebih memilih untuk tidak melibatkan diri dalam perjuangan, meski hanya menemaninya dengan doa. Betapa kami tak mampu berbuat banyak.

Di akhir ramadhan ini, isu terorisme tidak berhenti berhembus ditujukan kepada kami, kaum muslimin. Hinga membuat sebagian dari kami kewalahan dan akhirnya tidak tahan dengan predikat muslim yang selama ini disandangnya. Kesetiaan kepada Islam dari sebagian kami melepuh berganti alergi luar biasa. Islam ternyata membuat sebagian dari kami tidak merasa aman. Tapi sebaliknya membuat sebagian dari kami resah. Kami menyadari bahwa ini adalah bagian dari sebuah perang peradaban. Perang di mana kami harus lebih cantik lagi untuk melawan. Sekali lagi, barangkali karena kami kurang optimal melawan mereka. Akhirnya, kami tetep terpuruk.

Catatan akhir ramadhan di bidang sosial-ekonomi sangat memprihatinkan. Angka kriminalitas tak surut di bulan ramadhan ini. Setidaknya jika kami lihat di tayangan berita kriminal di hampir seluruh stasiun televisi. Tayangan berdarah-darah seolah sudah akrab di mata kami, hingga membuat tak risih lagi, bahkan menikmati kekerasan tersebut.

Hal yang umum menjelang akhir ramadhan adalah harga-harga sembako yang meroket tajam. Entah siapa yang menyulut, yang pasti ketika penjual melipatgandakan harga, pembeli tidak protes sedikit pun, bahkan dengan polos menyebut, “sudah biasa”.. Atau mungkin merasa tidak efektif untuk berteriak protes. Bisa jadi.

Sebagian dari kami menjelang akhir ramadhan ini lebih asyik di pusat-pusat perbelanjaan ketimbang i'tikaf di masjid-masjid. Sregep berburu untuk memilih baju lebaran dan beragam makanan, ketimbang menjaring lailatul qadar . Jalanan padat, masjid berubah jadi museum. Sepi. Ya, kami masih terpuruk di segala bidang.

Perjuangan kita belum selesai

Sobat muda muslim, selain kita mengukur apa yang telah kita lakukan di bulan pernah berkah, rahmat, dan ampunan ini, juga kita tumpahkan energi peduli kita untuk teman-teman yang masih tetap ‘istiqomah' dalam kemaksiatannya. Nggak jarang kita jumpai, saudara kita yang masih berprinsip “semau gue” dalam berbuat. Malah tetep maksiat meski di bulan suci dan mulia ini. Astaghfirullah.

Kepada mereka, sikap peduli layak kita berikan. Tentu ini sebagai tanda kasih kita kepada mereka. Sebagai tanda cinta kita kepada mereka. Sebab kita adalah saudara seakidah. Bedanya, kita sudah mulai ingin benar dalam hidup ini, teman-teman—yang karena keterbatasan ilmunya—masih betah maksiat.

Kita pantas cemas menyaksikan polah teman-teman yang menjalani puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum doang. Sementara, mereka tetep keukeuh pacaran, tetep membuka auratnya, tetep tidak mengontrol mata, telinga, dan hatinya dari perbuatan kotor dan nista. Kita khawatir banget, jangan-jangan, cuma mendapatkan rasa lapar dan haus dari puasanya itu. Rugi deh. Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak menda­patkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Saat ini, masyarakat kita sepertinya sederhana saja memandang kehidupan ini. Ringan aja menghadapi dinamikanya. Kita sedikit meragukan jika masyarakat ini masih menyimpan rasa peduli akan kebenaran. Sebab, buktinya banyak yang menyepelekan kebenaran. Individu memang banyak yang berbuat salah. Tapi yakinlah, ini akibat dari lingkungan tempat hidupnya. Sudahlah takwa individu carut marut, dan ini jumlahnya banyak, eh, masyarakat secara umum juga udah terbiasa dengan kemaksiatan yang berlangsung dalam kehidupannya. Bahkan celakanya ada yang sampe menganggap bahwa itu emang bagian dari kehidupan sekarang. Individu dan masyarakat yang udah jebol ini makin diperparah dengan kedodorannya negara dalam mengatur rakyat. Karuan aja, makin surem deh kehidupan ini.

Itu sebabnya, mes-kipun kita gembar-gembor mengkampanyekan untuk melakukan perbaikan indi-vidu. Tapi dalam waktu yang bersamaan nggak dibarengi dengan mengubah masyarakat, maka kemungkinan besar akan mengalami kegagalan. Sebab, masalah akan terus berputar di situ. Jadi, mari ubah individu, dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Jadikan masyarakat ini sebagai masyarakat Islam. Masyarakat yang diatur dalam negara yang menerapkan syariat Islam.

Dengan begitu, kita tak perlu cemas, sedih, dan prihatin lagi menyaksikan kondisi kaum muslimin saat ini. Bukan hanya setiap habis Ramadhan, tetapi sepanjang waktu. Sebab, semuanya udah benar. Tinggal diarahkan aja. Sekarang? Kita harus membenarkan sekaligus mengarahkan. Relatif berat bukan?

Oke deh, moga-moga kita nggak cemas dan prihatin lagi setiap habis Ramadhan gara-gara mikirin kondisi umat ini. Tapi ya, selama kita hidup di bawah sistem kapitalisme seperti sekarang ini, kehidupan senantiasa diliputi rasa cemas, dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk saat seperti ini, setiap habis Ramadhan. Cemas, kalo umat ini akan balik bejat lagi setelah Ramadhan berlalu. Ya, jangankan nanti, saat Ramadhan aja masih banyak yang memamerkan kesombongannya dengan nggak mau taat kepada aturan Allah dan RasulNya.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Sekali lagi kita ngingetin, mari ubah individu dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Setuju kan? Harus Setuju! Keep ukhuwah en tetep semangat! !!

Rusnadi Jundi Cwn Mengucapkan...
Taqoballahu Minna Wa Minkum Minal 'Aidin Wal Faidzin Kullu 'Amin Wa Antum Bikhoir.
Selamat Hari Raya "Iedul Fitri 1432 H, Semoga Allah Mensucikan Jiwa dan Raga Kita Atas Ramadhan Yang telah Kita Lalui..
(Di Share dr Dudung.net)

26 Juli 2011

Tarhib Ramadhan

Alhamdulillah, pada tahun ini kita-insya Allah- akan kembali bertemu dengan tamu mulia bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah, rahmat dan maghfirah, bulan diwajibkan shiyam dan diturunkan Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia. Malam diturunkan Al-Qur’an disebut Malam Kemuliaan (Lailatul Qodr) yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan ibadah dan pembinaan kaum muslimin menuju derajat muttaqiin.


Khutbah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyambut Ramadhan

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat gembira dan memberikan kabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan-keutamaannya dalam pidato penyambutan bulan suci Ramadhan:

عَنْ سَلْمَانَ الفَارِسِي قَالَ: خَطَبَنَا رَسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَان فقال "يا أيها الناسَ قَدْ أَظَلَّكُم شَهْرٌ عَظِيْمٌ شهرٌ مُباركٌ، شهرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، وَجَعَلَ اللهُ تَعَالى صِيَامَهُ فَرِيْضَةً وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فريضةً فِيْهِ كان كمن أدّى سَبْعِيْنَ فريضةً فيما سواه، وهو شهرُ الصبرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّة، وشهرُ الْمُوَاسَاةِ وشهرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنَ فَطََّرَ فِيْهِ صَائِمًا كان لَهُ مغفرةً لِذُنُوْبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وكان له مثلَ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصَ مِن أجرِه شيء. قُلْنَا: يَا رسولَ اللهِ لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَائم؟ فقال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: يُعْطِي اللهُ هذا الثوابَ مَنْ فطَّر صائما على مَذْقَةِ لَبَنٍ، أو تَمْرَةٍ، أو شربةٍ مِنْ مَاءٍ، ومَنْ أَشْبَعَ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شربةً لاَ يَظْمَأ حتَّى يدخلَ الجنةِ، وهو شهرٌ أَوَّلُهُ رحمةٌ وَأَوْسَطُهُ مغفرةٌ، وآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَن خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ فيه غَفَرَ له وأَعْتَقَهُ مِنَ النار، فَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: خَصْلَتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخَصْلَتَانِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا. فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ فَشَهَادَةُ أنْ لاَ إله إلاَّ الله وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ، وأمَّا اللتان لا غِنَى بِكم عنهما فَتَسْأَلُوْنَ الجنةَ وَتَعُوذُونَ بِهِ مِنَ النَّارِ وَمَنْ أَشْبَعَ فيه صائما سقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شُربةً لاَ يَظْمَأُ حتَّى يدخلَ الجنة

Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka . Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya , maka Allah mengampuninya dan dibebaskan dari api neraka. Perbanyaklah melakukan 4 hal; dua perkara membuat Allah ridha dan dua perkara Allah tidak butuh dengannya. 2 hal itu adalah; Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapaun 2 hal yang Allah tidak butuh adalah engkau meminta surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul saw) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga” (HR al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).

Keutaman Orang-Orang Berilmu

Beberapa keutamaan orang-orang yang berilmu dalam Al Qur’an dan Al Hadits :

· “… Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat ...” (Q.S Al Mujadilah 11)

· Dari Muawiyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ia dipandaikan dalam ilmu agama.” (H.R Bukhari & Muslim)

· Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

· Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : “Apabila anak Adam (manusia) itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak salí yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

· Dari Anas ra berkata, Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang keluar dengan tujuan untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali.” (HR. Turmudzi)

· Dari Abu Darda ra berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :”Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Dan sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan yang ada di lautan itu senantiasa memintakan ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan si alim terhadap si ‘abid adalah bagaikan kelebihan bulan purnama terhadap bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para Nabi dan bahwasanya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan duniawi) tetapi para Nabi mewariskan ilmu pengetahuan, maka barangsiapa yang mengambil (menuntut ilmu maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)