...Menjadi Serpihan Dengan Beribu Keutamaan...

01 November 2008

SEBUAH MUHASABAH

Tuhanku, Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas
Tuhanku Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Tuhanku…………..baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU Diri yang tangannya banyak maksiat ini, Mulut yang banyak maksiat ini, Mata yang banyak maksiat ini… Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???
Tuhan…Kami semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku…. Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Mungkin tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Pertemukan kami dalam syurga MU dalam bingkai kecintaan kepadaMU Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat, Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!”
Dari saudara untuk saudara “Perbaiki diri Serulah Orang Lain”
Artikel Islami 09 Maret 2004 - 12:29 Harapku.....
Ketika surya melabuhkan diri, lembayung memaparkan keanggunan yang merah dan... angin turut menusukan lantunan adzan ke pori-pori kulit insan Aku bisikkan desahan penyesalan Kepada-Nya tentang gambaran yang terekam dalam benak Ya Rob,... ampuni aku yang mencoba mengubur gumpalan dosa membasuh nanah aib dan... menambal luka-luka kesalahan dalam perjalan ini Sedangkan Rahmat-Mu seindah lukisan-Mu tentang gunung, sungai, lembah, ngarai, hutan... yang berpayung langit dengan corak bintang dan bulan Perjalananku tiba di tengah padang kehidupan yang harus lalui lautan kendala jurang kehidupan yang terus saja menganga Dan satu lagi harapku... Jika esok kau izinkan aku kembali tuk lihat hamparan awan rasakan kehangatan surya pagi, Tolong tuntun aku... tuk berikan yang terindah untuk ayah bunda...

sari novel "KETIKA CINTA BERTASBIH"

DAFTAR ISI
01. Senja Bertasbih di Alexanderia
02. Tekad Berrajut Doa
03. Bidadari dari Daarul Quran
04. Cerita Furqon
05. Meminang
06. Lagu-lagu Cinta
07. SMS untuk Anna
08. Siang di Kampus Maydan Husein
09. Perjalanan ke Sayyeda Zaenab
10. Pengejaran dengan Taksi
11. Rezeki Silaturrahmi
12. Rumus Keberhasilan
13. Tamu Tak Diundang
14. Hari yang Menegangkan
15. Pesona Gadis Aceh
3
Ilyas Mak’s eBooks Collection
16. Insyaf
17. Pertemuan yang Menggetarkan
18. Airmata Cinta
19. Surat dari Indonesia
20. Bintang yang Bersinar Terang
21. Ratapan Hati
22. Rasa Optimis
23. Periksa Darah
24. Pasrah
25. Langit Seolah Runtuh
26. Kabar Gembira
27. Resep Cinta Ibnu Athaillah
28. Sepucuk Surat di Hari Penghabisan
29. Tangis Sang Pengantin
30. Bunga-bunga Harapan
4
Ilyas Mak’s eBooks Collection
1
SENJA BERTASBIH
DI ALEXANDRIA
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan
seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung,
menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu
lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul
dari riak gelombang di pantai menciptakan aura
ketenangan dan kedamaian.
Di atas pasir pantai yang putih, anak-anak masih asyik
bermain kejar-kejaran. Ada juga yang bermain rumahrumahan
dari pasir. Di tangan anak-anak itu pasir pasir
putih tampak seumpama butir-butir emas yang lembut
berkilauan diterpa sinar matahari senja.
5
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Di beberapa tempat, di sepanjang pantai, sepasang mudamudi
tampak bercengkerama mesra. Di antara mereka
masih ada yang membawa buku-buku tebal di tangan.
Menandakan mereka baru saja dari kampus dan belum
sempat pulang ke rumah. Suasana senja di pantai
rupanya lebih menarik bagi mereka daripada suasana
senja di rumah. Bercengkerama dengan pujaan hati
rupanya lebih mereka pilih daripada bercengkerama
dengan keluarga; ayah, ibu, adik dan kakak di rumah.
Di mana-mana muda-mudi yang sedang jatuh cinta sama.
Senja menjadi waktu istimewa bagi mereka. Waktu
untuk bertemu, saling memandang, duduk berdampingan
dan bercerita yang indah-indah. Saat itu yang ada dalam
hati dan pikiran mereka adalah pesona sang kekasih yang
dicinta. Tak terlintas sedikit pun bahwa senja yang indah
yang mereka lalui itu akan menjadi saksi sejarah bagi
mereka kelak. Ya, kelak ketika masa muda mereka harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta Cinta.
Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggung
jawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat
Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman
dan ketidakadilan di sana.
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
indah. Ia memandang ke arah pantai. Ombaknya berbuih
putih. Bergelombang naik turun. Berkejar kejaran
menampakkan keriangan yang sangat menawan. Semilir
angin mengalirkan kesejukan. Suara desaunya benarbenar
terasa seumpama desau suara zikir alam yang
menciptakan suasana tenteram.
6
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Dari jendela kamarnya yang terletak di lantai lima Hotel
Al Haram, ia menyaksikan sihir itu. Di matanya,
Alexandria sore itu telah membuatnya seolah tak lagi
berada di dunia. Namun di sebuah alam yang hanya
dipenuhi keindahan dan kedamaian saja.
Sesungguhnya bukan semata-mata cuaca dan suasana
menjelang musim semi yang membuat Alexandria senja
itu begitu memesona. Bukan semata-mata sihir matahari
senja yang membuat Alexandria begitu menakjubkan.
Bukan semata-mata pasir putihnya yang bersih yang
membuat Alexandria begitu menawan. Akan tetapi, lebih
dari itu, yang membuat segala yang dipandangnya
tampak menakjubkan adalah karena musim semi sedang
bertandang di hatinya. Matahari kebahagiaan sedang
bersinar terang di sana. Bunga bunga kesturi sedang
menebar wanginya. Tembang tembang cinta mengalun
di dalam hatinya, memperdengarkan irama terindahnya.
Dan penyebab itu semua, tak lain dan tak bukan adalah
seorang gadis pualam, yang di matanya memiliki
kecantikan bunga mawar putih yang sedang merekah.
Gadis yang di matanya seumpama permata safir yang
paling indah.
Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok
yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa
dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang
pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak
hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena
kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya.
7
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Lebih dari itu, gadis itu adalah putri orang nomor satu
bagi masyarakat Indonesia di Mesir.
Dialah Eliana Pramesthi Alam. Putri satu-satunya Bapak
Duta Besar Republik Indonesia di Mesir. Hampir genap
satu tahun gadis itu tinggal di Mesir. Selain untuk
menemani kedua orangtuanya, keberadaannya di Negeri
Pyramid itu untuk melanjutkan S.2-nya di American
University in Cairo (AUC).
Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang
memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan
prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian.
Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam
bahasa Inggris sudah dimuat di koran Ahram Gazzette.
Opininya menyoroti peran Liga Arab yang mandul
dalam memperjuangkan martabat anggota-anggotanya.
Liga Arab yang tak punya nyali berhadapan dengan
Israel dan sekutunya. Liga Arab yang hanya bisa
bersuara, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tulisannya rapi
runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang
dengan pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya
merupakan perpaduan pandangan seorang jurnalis,
sastrawan dan diplomat ulung.
Karena opininya itulah ia langsung diminta jadi bintang
tamu di Nile TV. Di layar Nile TV ia berdebat dengan
Sekjen Liga Arab. Hampir seluruh masyarakat Indonesia
di Mesir menyaksikan siaran langsung istimewa itu. Baru
kali ini ada anak Indonesia berbicara di sebuah forum
yang tidak sembarang orang diundang. Sejak itulah
Eliana menjadi bintang yang bersinar di langit cakrawala
Mesir, terutama di kalangan mahasiswa Indonesia.
8
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.l-nya di EHESS
Prancis itu sudah tiga kali tampil di layar televesi Mesir.
Sekali di NileTV. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang
tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon,
Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca.
Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang
cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Prancis.
Eliana, Putri Pak Dubes itulah yang membuatnya berada
di Alexandria dan tidur di hotel berbintang lima selama
satu pekan ini. Meskipun ia sudah berulangkali ke
Alexandria, namun keberadaannya di Alexandria kali ini
ia rasakan begitu istimewa. Ia tidak bisa mengingkari
dirinya adalah manusia biasa, bukan malaikat. Ia tak bisa
menafikan dirinya adalah pemuda biasa yang bisa
berbunga-bunga karena merasa dekat dan dianggap
penting oleh seorang gadis cantik dan terhormat seperti
Eliana. Gadis yang membuat matahari kebahagiaan
sedang bersinar terang di hatinya.
Awalnya adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) yang mengadakan acara "Pekan Promosi Wisata
dan Budaya Indonesia di Alexandria". Beberapa acara
pagelaran budaya digelar di Auditorium Alexandria
University selama satu pekan. Selama itu juga ada
promosi masakan dan makanan khas Indonesia. Ada
empat makanan yang dipromosikan yaitu Nasi Timlo
Solo, Sate Madura, Coto Makassar, dan Empek-empek
Palembang. Dan Elianalah yang menjadi penanggung
jawab promosi makanan khas Indonesia itu. Sementara
ia, dikenal sebagai mahasiswa paling mahir memasak.
Dan ia dikontrak KBRI untuk membuka stand Nasi
Timlo Solo. Mulanya ia menolak. Sebab, dengan begitu ia
harus meninggalkan bisnisnya membuat tempe selama
semingu. Ia khawatir langganannya kecewa. Namun
9
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Putri Dubes itu terus mendesak dan memohon
kesediaannya. Akhirnya ia luluh dan bersedia.
Sejak itulah hatinya berbunga-bunga. Sebab sebelum
berangkat ke Alexandria ia sering ditelpon Eliana. Dan
saat di Alexandria hampir tiap hari Eliana datang ke
standnya untuk mengontrol, melihat -lihat, atau hanya
sekadar untuk mengajaknya bicara apa saja.
"Aku salut Iho ada mahasiswa yang mandiri seperti Mas
Insinyur." Puji Eliana. Hatinya tersanjung luar biasa.
Bagaimana tidak, gadis jelita itu seolah begitu
menghormatinya. Ia dipanggil dengan panggilan "Mas
Insinyur", bukan langsung memanggil namanya, atau
dengan kata ganti "kamu" atau "Anda". Orang-orang
memang biasa memanggilnya "Mas Khairul", karena
namanya Khairul Azzam, atau "Mas Insinyur" karena ia
memang dikenal sebagai "Insinyur"-nya dunia masak
memasak di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo.
Entah kenapa, mendengar pujian dari Eliana itu, ia
merasakan kebahagiaan dengan nuansa yang sangat lain.
Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Ia tersenyum sendiri. Kedua matanya memandang ke
arah pantai. Dua orang muda-mudi Mesir berjalan mesra
menyusuri Pantai Cleopatra yang berada tepat di depan
hotel.
Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa tiba-tiba berkelebat
pikiran, andai yang berjalan itu adalah dirinya dan
Eliana. Alangkah indahnya.
Astaghfirullal! la beristighfar.
10
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ia merasa apa yang berkelebat dalam pikirannya itu
sudah tidak dianggap benar.
Ia mengalihkan pandangannya jauh ke tengah laut
Mediterania. Nun jauh di sana ia melihat tiga kapal yang
tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang sedang
menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan
Alexandria. Sejak dulu Alexandria memang terkenal
sebagai kota pelabuhan yang penting di kawasan
Mediterania. Pelabuhan utama Alexandria saat ini ada di
kanan dan kiri kawasan Ras El Tin dan kawasan El
Anfusi. Dua kawasan itu terletak di semenanjung
Alexandria lama. Di ujung semenanjung itu berdiri dua
benteng bersejarah Yaitu Benteng Qaitbai dan Benteng
El Atta.
Dari jendela kamarnya ia bisa melihat Benteng Qaitbai
itu di kejauhan. Kedua matanya kembali mengamati tiga
kapal yang letaknya berjauhan satu sama lain. Ia edarkan
pandangannya ke kiri dan ke kanan. Laut itu terlihat
begitu luas dan kapal itu begitu kecil. Padahal di dalam
kapal itu mungkin ada ratusan manusia. Ia jadi berpikir,
alangkah kecilnya manusia. Dan alangkah Maha Penyayangnya
Tuhan yang menjinakkan lautan sedemikian
luas supaya tenang dilalui kapal kapal berisi manusia.
Padahal, mungkin sekali di antara manusia yang berada
di dalam kapal itu terdapat manusia-manusia yang sangat
durhaka kepada Tuhan. Toh begitu, Tuhan masih saja
menunjukkan kasih sayangNya. Ia jinakkan lautan, yang
jika Ia berkehendak, Ia bisa menitahkan ombak untuk
menenggelamkan kapal itu dan bahkan meluluhlantakkan
seluruh isi Kota Alexandria. Ia teringat
firman-Nya yang indah,
11
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhya kapal
itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-
Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda
kebesaran-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi
banyak bersyukur." 1
Ia terus memandang ke laut Mediterania. Laut itu telah
menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa peristiwa
besar yang menggetarkan dunia. Perang besar yang
berkobar karena memperebutkan cinta Ratu Cleopatra
terjadi di laut itu. Pertemuan bersejarah yang diabadikan
dalam Al-Quran antara Nabi Musa dan Nabi Khidir,
konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania
itu.
"Laut yang indah, penuh nilai sejarah," lirihnya pada
dirinya sendiri. "Akankah aku juga akan mencatatkan
sejarahku di pantai laut ini?" Ia berkata begitu karena
nanti malam ada jadwal makan malam bersama seluruh
staf KBRI di Pantai El Mumtazah. la yakin akan
bertemu lagi dengara Eliana disana.
Matahari terus berjalan mendekati peraduannya.
Sinarnya yang kuning keemasan kini mulai bersulam
kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa
dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih.
Terasa damai dan indah. Menyaksikan fenomena alam
yang dahsyat itu Azzam bertasbih, "Subhanallah. Maha
Suci Allah yang telah mencip takan alam seindah ini."
1 OS. Luqman (Luqman) [311]: 31
12
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ya, alam bertasbih dengan keindahannya. Alam bertasbih
dengan keteraturannya. Alam bertasbih dengan pesonanya.
Segala keindahan, keteraturan dan pesona alam
bertasbih, menjelaskan keagungan Sang Penciptanya.
Bertasbih, menyucikan Tuhan dari sifat kurang. Keindahan
senja sore itu menjelaskan kepada siapa saja yang
menyaksikannya bahwa Tuhan yang menciptakan senja
yang luar biasa indah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Sempurna ilmu-Nya.
Siang malam, senja, dan pagi bertasbih. Matahari, udara.
laut, ombak dan pasir bertasbih. Semua benda yang ada
di alam semesta ini bertasbih, menyucikan asma Allah
Semua telah tahu bagaimana cara melakukan shalat dan
tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih di
peredarannya. Dengan hembusannya udara bertasbih di
alirannya. Dengan gelombangnya ombak bertasbih di
jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukan
tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa.
Keteraturan alam semesta, langit yang membentang
tanpa tiang, pergantian siang dan malam, lautan luas
membentang, gunung gunung yang menjulang, awan
yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan
tanam-tanaman, proses penciptaan manusia sembilan
bulan di rahim, binatang-binatang yang menjaga
ekosistem dan keteraturar-keteraturan lainnya, itu semua
menuniukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan
Maha Sempurna. Dzat yang kekuasaan-Nya tidak ada
batasnya. Dzat yang menciptakan itu semua. Dan Dzat
itu adalah Tuhan Penguasa alam semesta. Dan jelas
Tuhan itu hanya boleh satu adanya. Tak mungkin dua,
tiga dan seterusnya. Tak mungkin.
13
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Sebab, jika Tuhan itu lebih dari satu pastilah terjadi
kerusakan di alam semesta ini. Sebab masing-masing
akan merasa paling berkuasa. Masing-masing akan
memaksakan keinginan-Nya. Mereka akan berkelahi.
Misalnya satu menghendaki matahari terbit dari timur,
sementara yang satu menghendaki matahari terbit dari
barat. Terjadilah perseteruan. Dan rusaklah alam.
Ternyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di
barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah
terlambat terbit. Matahari juga tak pernah bermain main,
belari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil
bermain bola atau petak umpet. Ia beredar di jalan yang
ditetapkan Tuhan untuknya. Dan selalu tenggelam di
ufuk barat tepat pada waktunya. Keteraturan ini
menunjukkan, Tuhan Yang Menciptakan alam semesta
ini adalah satu. Yaitu ‘Allah Wa Jalla, Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, yang tak
terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin
berjumlah lebih dari satu. Sebab seandainya Tuhan lebih
dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari,
misalnya. Maka ada dua kemungkinan di sana. Pertama,
Tuhan yang satu menciptakan, sementara Tuhan yang
lain berpangku tangan. Tidak berbuat apa-apa. Dengan
begitu, bisa berarti bahwa Tuhan yang tidak berbuat apa
apa itu tidaklah Tuhan yang berkuasa. Sia-sia saja ia jadi
Tuhan. Sebab, pada saat matahari diciptakan ia tidak
berperan menciptakannya. Ia menganggur. Sama seperti
makhluk yang menganggur. Jadi ia bukan Tuhan dan
tidak bisa disebutTuhan.
Atau kemungkinan kedua, Tuhan-tuhan itu bekerja sama
menciptakan matahari. Matahari diciptakan dengan
14
Ilyas Mak’s eBooks Collection
keroyokan. Jika demikian, jelas jelas mereka bukanlah
Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab mereka lemah.
Bagaimana tidak. Untuk menciptakan matahari saja
mereka harus bekerja sama. Tidak bisa menciptakan
sendiri. Kekuasaan-Nya tidak mutlak. Yang terbatas
kekuasaanya berarti lemah dan tidak layak disebut
sebagai Tuhan.
Jika Tuhan itu lebih dari satu, bisa saja terjadi pembagian
tugas. Ada yang bertugas mencipta matahari, ada yang
bertugas mencipta bumi, ada yang bertugas mencipta
langit dan seterusnya. Jika demikian, mereka bukan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab pembagian tugas itu
menunjukkan kelemahan, menunjukkan ketidak-mahakuasa-
an. Tuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan
Yang menciptakan dan menguasai seru sekalian alam.
Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan
kekuasaan-Nya yang sempurna. Tuhan yang ilmu-Nya
meliputi segala sesuatu. Dan yang memiliki sifat maha
sempurna seperti itu hanya ada satu, yaitu Allah Swt.
Dialah Tuhan yang sesungguhnya. Sebab tidak ada yang
memproklamirkan diri sebagai pencipta alam semesta ini
kecuali hanya Allah Swt.
"Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada
tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha
suci Allah yang memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka
sifatkan”2
Pemuda bemama Khairul Azzam itu masih menatap ke
arah laut. Matahari masih satu jengkal di atas laut.
Sebentar lagi matahari itu akan tenggelam. Warna
kuning keemasan bersepuh kemerahan yang terpancar
2 QS. Al Anbiyaa’ (Nabi-nabi) [21]: 22
15
Ilyas Mak’s eBooks Collection
dati bola matahari menampilkan pemandangan luar biasa
indah. Ia jadi ingat sabda Nabi, ''Sessungguhnya Allah itu
indah dan mencintai keindahan."
"Subhanallah!" Kembali ia bertasbih dalam hati.
Ia terus menikmati detik-detik pergantian siang dan
malam yang indah itu. Cahaya matahari seperti masuk ke
dalam laut yang perlahan menjadi gelap. Siang seolah
olah masuk ke dalam perut malam. Matahari hilang
tenggelam. Lalu perlahan bulan datang. Subhanallah.
Siapakah yang mengatur ini semua? Siapakah yang mampu
memasukkan siang ke dalam perut malam? Seketika
azan berkumandang menjawab pertanyaan itu dengan
suara lantang: Allaahu Akbar! Allaahu Akbar! Allah
Maha Besar. Allah Maha Besar. Ya, hanya Allah Yang
Maha Besar kekuasaan-Nyalah yang mampu memasukkan
siang ke dalam perut malam. Dan memasukkan
malam ke dalam perut siang.
"Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukan siang ke dalam malam
dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing
beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." 3
Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampulampu
jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan
sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah
indahnya. Kelap-kelip lampu kota yang mendapat julukan
"Sang Pengantin Laut Mediterania" itu bagai tebaran
intan berlian. Khairul Azzam menutup gorden jendela
3 QS. Luqman ~Luqman) [31]: 29.
16
Ilyas Mak’s eBooks Collection
kamarnya. Ia bergegas untuk shalat di masjid yang
jaraknya tak jauh dari hotel.
Saat tangannya menyentuh gagang pintu hendak keluar,
telpon di kamarnya berdering. Ia terdiam sesaat. Ia
menatap telpon yang sedang berdering itu sesaat dan
terus membuka pintu lalu melangkah keluar. “Kalau dia
benar-benar perlu, nanti pasti nelpon lagi setelah shalat.
Apa tidak tahu ini saatnya shalat," lirihnya menuju lift.
Ia membenarkan tindakannya itu dengan berpikir bahwa
datangnya azan yang memanggilnya itu lebih dulu dari
datangnya dering telpon itu. Dan ia harus mendahulukan
yang datang lebih dulu. Ia harus mengutamakan
undangan yang datang lebih dulu. Apalagi undangan
yang datang lebih dulu itu adalah undangan untuk
meraih kebahagiaan akhirat. Padahal kehidupan akhirat itu
lebih baik dan le bih kekal. 4
***
Saat pulang dari masjid, Azzam bertemu Eliana didepan
pintu masuk lobby hotel. Melihat Azzam wajah Eliana
tampak riang.
"Hei ke mana saja? Aku sudah mencari Mas Khairul ke
mana-mana? Sudah dua puluh tujuh kali aku ngebel ke
kamar Mas Khairul! Ada hal penting! Ayo kita bicara di
lobby saja!" Eliana nerocos tanpa memberi kesempatan
menjawab. Gadis berpostur tubuh indah itu berbalut kaos
lengan panjang ketat berwarna merah muda dan celana
jeans putih ketat. Balutan khas gadis-gadis aristokrat
Eropa itu membuatnya tampak langsing, padat, dan
4 QS. Al A’la (Yang Paling tinggi) [871]: 17.
17
Ilyas Mak’s eBooks Collection
berisi. Parfumnya menebarkan aroma bunga-bungaan
segar dan sedikit aroma apel. Wajahnya yang putih
dengan mata yang bulat jernih memancarkan pesona
yang mampu menghangatkan aliran darah setiap pemuda
yang menatapnya.
Azzam masih berdiri di tempatnya. Entah kenapa begitu
ia mencium parfum yang dipakai Putri Pak Dubes itu ia
merasakan nafasnya sedikit sesak, jantungnya berdegup
lebih kencang, dan ada sesuatu yang tiba-tiba datang
begitu saja mengaliri tubuhnya.
"Lho kok diam saja, ayo Mas, kita bicarakan di lobby! Ini
penting!" Eliana kembali mengajak Azzam masuk ke
lobby hotel. Azzam tergagap. Ia mengangguk. Dan mau
tidak mau Azzam mengikutinya. Sebab ia berada di
Alexandria karena kontrak kerja dengannya.
"Mbak Eliana sudah shalat?" tanya Azzam pelan. Ia
mencoba menguasai dirinya, yang sesaat sempat oleng.
Ia memanggilnya 'Mbak', meskipun ia tahu Eliana lebih
muda tiga tahun dari dirinya. Tak lain, hal itu karena
rasa hormatnya pada gadis itu sebagai Putri Pak Duta
Besar.
"Ah shalat itu gampang! Yang penting itu. Ada tugas
penting untuk Mas Khairul malam ini. Tugas terakhir.
Aku janji!" sahut Eliana nyerocos tanpa rasa dosa karena
menggampangkan shalat.
“Tu... tugas?"
“Ya."
"Untuk saya!?"
"Ya, untuk siapa lagi kalau bukan untuk Mas Khairul?"
18
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Tugas dari siapa?"
"Ya dariku."
"Dari Mbak?"
"Iya."
Azzam menghirup nafas. Detak jantungnya sudah
normal. Ia sudah menguasai dirinya sepenuhnya. Dengan
mimik serius ia berkata,
"Sebentar Mbak, bukankah tugas saya sudah selesai tadi
sore Mbak? Dengan berakhirnya acara Pekan Promosi
Wisata tadi sore berarti tugas saya kan sudah selesai.
Dalam kesepakatan yang kita buat, saya bertugas
membuat dan menjaga Nasi Timlo Solo se lama enam
hari. Dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore.
Menunggu stand enam jam setiap hari. Berarti tugas
saya sudah selesai dong. Jika ada tugas lagi ini jelas di
luar kesepakatan. Jelas saya tidak bisa menerimanya
Mbak, maaf! Apa hubungannya Mbak dengan saya
sehingga dengan seenaknya Mbak memberi tugas kepada
saya!? Apa saya bawahan Mbak!? Maaf saya tidak bisa
Mbak!"
Meskipun ia di kalangan mahasiswa Cairo dikenal sebagai
penjual tempe, ia tidak mau diperlakukan seenaknya.
Ia sangat sensitif terhadap hal-hal yang terasa
melecehkan harga diriya. Memberi perintah seenaknya
kepadanya adalah bentuk dari penjajahan atas harga
dirinya. Azzam adalah orang yang sangat menghargai
kemerdekaannya sebagai manusia yang hanya menghamba
kepada Allah Swt.
19
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Eliana yang pernah sekian tahun tinggal di Prancis
agaknya langsung menyadari kekhilafannya. Ia buru
buru meralat ucapannya dan meminta maaf.
"Maafkan aku Mas Khairul. Mas benar. Sesuai dengan
kesepakatan kontrak kita, tugas Mas sudah selesai.
Tetapi ini ada masalah penting yang sedang aku hadapi.
Dan aku rasa yang bisa membantu adalah Mas. Baiklah,
ini di luar kontrak. Ini antara aku dan Mas sebagai
sahabat. Ya sebagai sahabat yang harus saling tolong
menolong. Saling bantu membantu.
"Begini, acara makan malam nanti jam delapan di Pantai
El Muntazah. Aku sudah pesan menunya ke Omar
Khayyam Restaurant. Masalahnya, dalam acara makan
malam nanti secara mengejutkan kita kedatangan Bapak
Duta Besar Indonesia untuk Turki yang datang tadi
siang. Beliau teman kuliah ayahku di FISIPOL UGM
dulu. Ayah ingin menyuguhkan menu istimewa untuknya.
Menu yang mengingatkan akan kenangan masa lalu.
Menu itu adalah nasi panas dengan lauk ikan bakar dan
sambal pedas khas Jogja. Ayah dulu sering makan menu
itu bareng beliau di Pantai Parangtritis. Sebelum
Maghrib tadi ayah memintaku untuk menyiapkan menu
ini. Aku pusing tujuh keliling. Yang jelas aku sudah
memerintahkan Pak Ali, sopir KBRI itu untuk mencari
ikan yang segar. Ikan apa saja yang penting layak
dibakar. Pak Ali membeli enam kilo dan sekarang sudah
ada di dalam kulkas di kamamya. Dan aku datang
menjumpai Mas untuk minta tolong kepada Mas
menyiapkan ikan bakar itu. Mas Insinyur, tolong ya?
Please, ya?" Kata Eliana dengan nada memelas.
Azzam diam saja. Sesaat lamanya dia diam tidak
menjawab apa-apa.
20
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Sungguh Mas, tolong aku ya. Please tolonglah. Aku janji
nanti Mas akan aku kasih hadiah spesial. Please tolong
aku. Ini masalah kredibilitasku dihadapan ayahku. Kalau
ngurusi ikan bakar saja aku tidak bisa, beliau akan susah
percaya pada kredibilitasku mengorganisir sesuatu yang
lebih penting. Tolong aku, Mas, please. Aku tahu ini
waktunya sangat mepet. Tapi aku yakin Mas bisa.
Ayolah please ya?"
Eliana meminta dengan nada memelas sambil menangkupkan
kedua tangannya di depan hidungnya. Gadis itu
benar-benar memelas di hadapan Azzam. Melihat wajah
memelas di hadapannya Azzam luluh. Sosok yang sangat
tersinggung jika harga dirinya direndahkan itu adalah
juga sosok yang paling mudah tersentuh hatinya.
"Baiklah akan saya bantu sebisa saya. Tapi sebelum
membantu Mbak Eliana, saya ingin hak saya atas apa
yang sudah saya kerjakan selama enam hari di sini
dibayar.” Jawab Azzam tenang.
"Sekarang?"
"Ya, sekarang."
"Apa Mas Khairul tidak percaya padaku?"
“Siapa yang tidak percaya? Saya hanya menuntut hak
saya.”
“Baiklah.” Eliana mengeluarkan dompet dari celana
jeannya. Lalu mengeluarkan lembaran dolar pada Azzam.
"Ini tiga ratus dollar. Seperti kesepakatan kita satu
harinya lima puluh dollar."
21
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Terima kasih." Azzam menerima uang itu sambil
tersenyum.
"Nanti kuitansinya menyusul ya. Nah, sekarang bisa
membantu saya?"
"Baiklah, sekarang masalah bantu membantu. Bukan
bisnis. Saya ingin murni membantu, jadi saya tidak akan
mengharapkan apapun dari Mbak."
"Tapi aku tadi sudah bilang akan memberi hadiah
spesial."
"Itu tak penting. Karena waktunya sudah mepet yang
paling penting saat ini adalah mencari bumbu untuk ikan
bakar itu dan untuk sambalnya. Bumbu yang masih
tersisa dari Nasi Timlo tidak mencukupi. Di tempat saya
juga sudah tidak ada lombok satu bijipun." Jawab Azzam.
"Kalau begitu sekarang juga kita berangkat mencari apa
yang Mas butuhkan. Sebentar aku panggil Pak Ali dulu,
ia lebih paham seluk beluk Alexandria." Sahut Eliana
bersemangat. Gadis itu langsung menghubungi Pak Ali
dengan telpon genggamnya.
"Kita diminta ke depan. Kebetulan Pak Ali sudah ada di
mobil. Memang tadi saya berpesan akan pergi setelah
shalat Maghrib. Ayo kita berangkat!" Kata Eliana usai
menelpon.
"Sebentar. Apa tidak sebaiknya Mbak shalat Maghrib
dulu kalau belum shalat?"
“Aduh, shalat lagi, shalat lagi. Shalat itu gampang!"
22
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Lho jangan meremehkan shalat dong Mbak. Kalau bak
belum shalat mending Mbak shalat saja. Biar saya dan
Pak Ali saja yang belanja."
"Tidak, saya harus ikut. Tidak tenang rasanya kalau saya
tidak ikut. Tentang shalat yang Mas Khairul ributkan itu
tenang saja Mas. Aku memang sedang tidak shalat.
Kalau shalat malah dosa. Tahu sendiri kan perempuan
ada saat-saat dia tidak boleh shalat. Ayo kita berangkat.
Kita harus cepat, waktunya sempit!"
"Kalau begitu ayo."
Azzam bangkit.
Mereka berdua berjalan tergesa ke luar hotel. Tepat di
depan pintu hotel Pak Ali telah menunggu dengan mobil
BMW hitam. Petugas hotel membukakan pintu mobil.
Azzam duduk di depan, di samping Pak Ali dan Eliana
duduk di bangku belakang. Eliana memberi instruksi
kepada Pak Ali agar membawa ke kedai penjual bumbu
secepat mungkm. Pak Ali langsung tancap gas melintas
di atas El Ghaish Street menuju ke arah pusat perbelanjaan
di kawasan El Manshiya. Azzam menikmati perjalanan
itu dengan hati nyaman dan bahagia. Meskipun
sebenarnya ia sangat lelah, namun rasa bahagia itu
mampu mengatasi rasa lelahnya. Entah kenapa ia merasa
malam itu terasa begitu indah. Berjalan di sepanjang
jalan utama Kota Alexandria dengan mobil mewah
bersama seorang Putri Duta Besar yang pualam. Ia
merasa kebahagiaan itu akan sempurna jika mobil BMW
itu adalah miliknya, ia sendiri yang mengendarainya dan
Eliana duduk di sampingnya sebagai isterinya dengan
busana Muslimah yang anggun memesona.
23
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Hayo, Mas Insinyur melamun ya?" Suara Eliana
mengagetkan lamunannya.
"E ti. . tidak! Saya hanya takjub dengan suasana malam
kota ini. Dan saya bertanya kapan bisa memiliki mobil
semewah ini, dan mengendarainya bersama isteri di kota
ini?" Jawab Azzam sedikit gugup.
"Wah impian Mas Insinyur tinggi juga ya? Saya yakin
jarang ada orang yang bermimpi seperti Mas. Anak
muda Indonesia yang punya impian mengendarai mobil
BMW saya rasa tidak banyak. Apalagi yang bermimpi
mengendarainya bersama isterinya di kota ini. Jangankan
bermimpi seperti itu, BWM saja mungkin ada yang
belum tahu apa itu dan ada yang belum pernah lihat
bentuknya. Lha bagaimana bisa bermimpi? Bahkan,
mungkin di antara anak muda Indonesia, terutama di
daerah terbelakang masih ada yang beranggapan bahwa
BMW itu merk sepeda, sejenis dengan BMX."
Azzam tersenyum mendengar komentar Eliana.
Komentar yang baginya terasa memandang rendah anak
muda Indonesia. Tapi dulu saat ia masih di Madrasah
Aliyah dan mengadakan camping dakwah di ujung
tenggara Wonogiri, ia bertemu dengan jenis anak anak
remaja dan anak muda yang masih sangat terbelakang
cara berpikirnya. Mereka merasa cukup dengan hanya
lulus SD saja. Bahkan banyak yang tidak lulus SD.
Mereka lebih suka mencari kayu bakar di hutan. Atau
menggembalakan kambing di hutan. Mimpi mereka
adalah bagaimana dapat kayu bakar yang banyak. Atau
kambing mereka cepat beranak pinak. Itulah mimpi anakanak
muda yang ada dipedalaman daratan pulau Jawa. Ia
bayangkan bagaimana dengan yang berada di tengah
hutan Kalimantan dan Papua? Mereka yang berpikiran
24
Ilyas Mak’s eBooks Collection
memakai baju yang layak saja belum. Yang untuk
menjamah mereka saja harus menempuh perjalanan yang
sangat sulit. Ia langsung membandingkan mereka
dengan anak muda seperti Eliana yang sudah selesai
kuliah di Prancis di usia yang masih belia. Sudah pernah
merasakan tidur di hotel paling mewah di Eropa. Sudah
pernah debat dengan Sekjen Liga Arab dengan bahasa
Inggris yang fasih. Alangkah jauh bedanya.
"Ya, yang kau katakan mungkin ada benarnya. Memang
tidak banyak dari mereka yang memiliki impian tinggi."
Komentarnya ringan. Dalam hati Azzam menambah,
"Apalagi yang bermimpi bisa menyunting Putri Dubes
yang sekuler seperti dirimu dan bisa menjadikannya
Muslimah yang baik pastilah sangat sangat sedikit
jumlahnya."
"Karena pemudanya tidak banyak yang punya impian
tinggi dan besar itulah, maka Indonesia tidak maju-maju.
Kalau yang kau impikan selama ini apa Mas? Bukan yang
tadi lho. Yang selama ini kau impikan." Tanya Eliana.
"Kira-kira apa, coba, kau bisa tebak tidak?" Sahut Azzam.
"Mm... mungkin mendirikan pesantren."
“Salah.”
“Terus apa?" Jadi orang paling kaya di pulau Jawa he he
he..."
"Wow...gila! It's great dream, man! Tak kuduga Mas
Khairul punya impian segede itu. Impian yang aku
sendiri pun tidak menjangkaunya. Gila! Boleh... Boleh!
Kali ini aku boleh salut pada Mas Khairul."
25
Ilyas Mak’s eBooks Collection
BMW itu terus melaju dengan tenang dan elegan.
Beberapa menit kemudian mobil itu berhenti di depan
kedai penjual bumbu-bumbu di El Hurriya Street.
Dengan cepat dan cermat Azzam membeli bumbu.
Azzam tidak lupa mengajak ke kedai penjual sayurmayur.
"Untung saya ingat, ikan bakar itu harus ada
lalapannya." Kata Azzam pada Eliana. Ia bergegas masuk
ke kedai penjual sayur mayur dan membeli ketimun,
kubis, dan tomat untuk dibuat lalapan. Setelah itu mereka
meluncur kembali ke hotel dengan perasaan lega. Dan
yang paling lega tentu saja Eliana. Jika bahan baku telah
didapat, bumbu telah didapat, dan koki yang akan
menggarap bisa diandalkan, apakah tidak layak baginya
untuk merasa lega.
Dalam perialanan ke hotel, Pak Ali memilih menelusuri
El Hurriya Street. Terus ke arah timur laut. Mereka melewati
Konsulat Amerika Serikat. Terus melaju tenang.
Sampai di kawasan Ibrahimiya sebelum Sporting Club
belok kiri. Lalu belok kanan melaju di El Amir Ibrahim
Street. Dari dalam mobil, Azzam melihat trem listrik
yang penuh penumpang. Kereta itu melaju ke arah El
Manshiya. Gadis-gadis Mesir tampak berdiri di dalam
trem. Tangan kanan mereka menggenggam erat
pegangan seperti gelang, sedangkan tangan kiri mereka
memegang buku.
“Sepertinya gadis-gadis itu baru pulang dari kampus ya."
Eliana kembali membuka suara. Eliana seperti tahu apa
yang diperhatikan Azzam.
"Iya." Pelan Azzam.
26
Ilyas Mak’s eBooks Collection
“Gadis Mesir itu cantik-cantik ya. Langsing langsing."
"Iya."
"Tapi saya lihat kalau sudah jadi ibu-ibu kok gemuk
gemuk sekali ya?"
“Iya. Setahu saya memang adat di Mesir itu seorang
suami malu kalau isterinya tidak gemuk. Malu dianggap
tidak bisa memberi makan dan tidak bisa mensejahterakan
isterinya."
"Aneh. Apa sejahtera itu berarti harus gemuk?"
"Tidak juga. Ada juga kan orang merana, orang stres
malah gemuk. Tapi masyarakat Mesir modern agaknya
sudah mulai meninggalkan adat itu. Kita juga mudah
menemui ibu-ibu Mesir yang tetap langsing."
“Ngomong-ngomong apa Mas Insinyur punya impian
menikah dengan gadis Mesir?"
"Menikah dengan gadis Mesir?" Spontan Azzam mengulang
pertanyaan Eliana.
"Iya. Pernah terbersit dalam hati?”
"Pernah."
"Punya kenalan gadis Mesir?"
“Punya."
“Cantik?”
27
Ilyas Mak’s eBooks Collection
“Pasti.”
"Wow. Tak kusangka. Mas Insinyur ternyata benarbenar
pemuda berselera tinggi. Eh Mas, jujur ya, kalau
gadis seperti diriku ini menurut Mas cantik tidak?"
Muka Azzam memerah mendengar pertanyaan itu.
Seandainya ada cahaya yang terang pasti perubahan
wajahnya akan tampak. Namun keadaan malam itu
menutupi perubahan wajahnya. Ia sama sekali tidak
menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Tiba
tiba rasa tinggi hatinya muncul. Ia tidak mau mengakui
begitu saja kecantikan Putri Duta Besar itu. Ia tidak mau
menyanjungnya sebagaimana orang-orang banyak menyanjungnya.
"Kok diam Mas? Bagaimana Mas, orang seperti aku ini
menurut Mas cantik tidak?" Eliana kembali mengulang
pertanyaannya.
"Bilang aja cantik! Gitu aja kok mikir!" Sahut Pak, Ali
sambil terus berkonsentrasi menjalankan mobil ke arah
El Ghaish Street. Sebentar lagi mereka sampai.
“Jangan dipengaruhi Pak. Biar dia jujur menilainya.
Cantik tidak?" Tanya Eliana ketiga kalinya.
“Tidak! " Jawab Azzam sambil tersenyum. Azzam lalu
memandang bulan purnama yang bersinar terang di atas
laut. Purnama itu seolah tersenyum dan bertasbih
bersama bintang-bintang dan angin malam. Azzam tak
mau tahu apa perasaan Eliana saat itu, yang penting ia
merasa menang.
28
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Ah. Kau tidak jujur itu Mas! Ayo jujur sajalah!" Protes
Pak Ali dengan suara agak keras.
Azzam hanya tersenyum. Dan diam. Cukup dengan diam
ia sudah menang. Dan Eliana pun diam. Ia belum
menemukan kata-kata yang tepat untuk bicara. Maka ia
memilih diam. Sesaat lamanya Azzam dan